1. Internalisasi Belajar
dan Spesialisasi
Pengertian Pemuda
Pemuda adalah sekolompok orang yang
mempunyai semangat dan sedang dalam tahap pencarian jati diri. Pemuda juga
merupakan generasi penerus bangsa. Pemuda identik dengan sebagai sosok individu
yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu
revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan
mecolok dari seorang pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional,
sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi
perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor
perubahan itu sendiri.
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah
proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan
yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang
terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh
masyarakatnya.Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli:
Charlotte Buhler. Sosialisasi adalah
proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana
cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi
dengan kelompoknya.
Peter Berger. Sosialisasi adalah suatu
proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat
tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
Paul B. Horton. Sosialisasi adalah suatu
proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat
tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
Soerjono Soekanto. Sosialisasi adalah
proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Internalisasi Belajar dan Spesialisasi
Internalisasi
Istilah internasilasasi lebih ditekankan pada
norma-norma individu yang menginternasilasikan norma-norma tersebut. Berikut
pengertian Internalisasi:
a. Secara
epistimologi Internalisasi berasal dari kata intern atau kata internal yang
berarti bagian dalam atau di dalam. Sedangkan internalisasi berarti penghayatan
(Peter and Yeni, 1991: 576).
b. Internalisasi
adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan
keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam
sikap dan perilaku (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 439).
c. Internalisasi
adalah pengaturan kedalam fikiran atau kepribadian, perbuatan nilai-nilai,
patokan-patokan ide atau praktek-praktek dari orang-orang lain menjadi bagian
dari diri sendiri (Kartono, 2000: 236).
Belajar
Istilah belajar ditekankan pada perubahan
tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang telah dimiliki oleh seorang
individu. Berikut pengertian belajar:
a. Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap
yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangan, dan keadaan–keadaan sesaat
seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan dalam interaksi dengan
lingkungan.
b. Belajar
adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu
menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk
mencapai hasil yang optimal
c. Belajar
adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
d. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Spesialisasi
Istilah spesialisasi ditekankan pada
kekhususan yagn telah dimiliki oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui
proses yang agak panjang dan lama. Berikut pengertian spesialisasi:
a. Pengahlian
dl suatu cabang ilmu, pekerjaan, kesenian, dsb
b. Proses mendesain subgrup di dalam suatu
entity.
Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi adalah proses
kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengaruh yang besar pula dalam
membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya.
Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat
Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di
masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat.
Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang
sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah,
ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga
yang lain.
Namun, secara tak sadar perlahan tapi pasti,
para generasi muda dihinggapi dengan idiologi baru dan perilaku umum yang
mendidik mereka menjadi bermental instan dan bermental bos. Pemuda menjadi
malas bekerja dan malas mengatasi kesulitan, hambatan dan proses pembelajaran
tidak diutamakan sehingga etos kerja jadi lemah. Sarana tempat hiburan tumbuh
pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard, playstation, atau arena
hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi anak-anak dan generasi muda
membuang waktu secara percuma karena menarik perhatian dan waktu mereka yang
semestinya diisi dengan lebih banyak untuk belajar, membaca buku di perpustakaan,
berorganisasi atau mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif. Peran
pemuda yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan
mahasiswa berperan sebagai “penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta
karya). Dapat ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di
kalangan generasi muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
2. Pemuda dan Identitas
Pola dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi
Muda
a. Perluasan
dan pemerataan kesempatan belajar
Usaha perluasan dan pemerataan kesempatan belajar sebagai pencerminan dari azas
keadilan sosial ditujukan terutama pada Sekolah Dasar, yaitu dengan membangun
gedung-gedung SD baru yang dapat menjamin perluasan daya tampung SD untuk 85%
dari seluruh anak umur 7 — 12 tahun yang pada akhir Repelita II diperkirakan
berjumlah 23,0 juta. Sehubungan dengan ini, perhatian khusus diberikan pula
pada penyediaan guru guru SD yang bermutu dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan perluasan kesempatan belajar pada SD.
Demikian pula kesempatan belajar pada sekolah lanjutan pertama bagi lulusan SD
akan diperbesar dengan sekaligus memperhitungkan kenaikan proporsi lulusan SD
yang ingin melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada
tingkat sekolah lanjutan atas, khususnya daya tampung Sekolah Pendidikan Guru
(SPG) akan ditingkatkan sesuai dengan kebijaksanaan perluasan pendidikan dasar
yang memerlukan guru tambahan. Dalam pada itu kapasitas Sekolah Teknik Menengah
(STM) dan sekolah-sekolah kejuruan lainnya akan ditingkatkan sesuai dengan
kebutuhan terhadap tenaga trampil dan bermutu. Selanjutnya, pada tingkat
pendidikan tinggi, perluasan kesempatan studi akan lebih diarahkan kepada
bidang-bidang studi tertentu yang selama ini relatif belum mencukupi.
Dalam pada itu,
kebijaksanaan pemerataan kesempatan belajar ditunjang pula oleh kebijaksanaan
pengadaan berbagai jenis beasiswa di semua jenis dan tingkat pendidikan,
terutama untuk para pelajar dan mahasiswa yang berbakat atau mampu berprestasi
namun keadaan sosial ekonominya relatif lemah.
b. Peningkatan
mutu pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan untuk semua jenis
dan tingkat pendidikan dilakukan antara lain melalui kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1. pengembangan
kurikulum termasuk cara penyajian pelajaran dan sistim studi pada umumnya
2. pengadaan
buku-buku pelajaran pokok beserta buku pedoman guru (Ilmu Pengetahuan Alam,
Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa) pada SD dan sekolah-sekolah
lanjutan, buku-buku pelajaran kejuruan dan teknik untuk sekolahsekolah yang
memerlukannya dan buku-buku perpustakaan dalam berbagai bidang studi pada
pendidikan tinggi.
3. pengadaan
alat-alat peraga dan alat-alat pendidikan lainnya pada SD, Taman Kanak-kanak
dan Sekolah Luar Biasa, laboratorium IPA pada sekolah-sekolah lanjutan umum
(SMP dan SMA), fasilitas dan perlengkapan latihan dan praktek pada
sekolah-sekolah kejuruan dan teknik, serta laboratorium-laboratorium untuk
berbagai bidang ilmu pada pendidikan tinggi.
4. penataran
guru dan dosen secara terarah sesuai dengan keperluan dan prioritas peningkatan
mutu pendidikan pada setiap jenis dan tingkat pendidikan.
5. pengadaan
buku-buku bacaan yang sehat .dan bermutu melalui perpustakaan sekolah untuk SD
dan sekolah-sekolah lanjutan dalam rangka merangsang minat baca para anak didik
dan siswa serta kalangan remaja dan pemuda pada umumnya.
c. Peningkatan
relevansi pendidikan
Perluasan dan peningkatan mutu pendidikan sebagaimana diutarakan di atas
diusahakan untuk lebih langsung dikaitkan dengan pengembangan kesempatan kerja,
termasuk meningkatkan prakarsa membuka lapangan kerja sendiri oleh para
lulus-an sekolah, sesuai dengan arah pengembangan generasi muda yang sanggup
berdiri sendiri. Sekolah-sekolah kejuruan dan teknik akan lebih dikembangkan
polanya sehingga menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang diperlukan oleh
pembangunan. Untuk itu, dunia usaha dan sektor-sektor yang menciptakan lapangan
kerja diikut sertakan sepenuhnya di dalam latihan-latihan ketrampilan kejuruan
dan teknik.
Keserasian sistim
pendidikan dengan kebutuhan pembangunan diusahakan pula dengan menambahkan mata
pelajaran kerajinan tangan (prakarya) serta fasilitas pendidikan ketrampilan
lainnya pada pendidikan umum. Untuk mengusahakan agar mahasiswa memperoleh
latihan yang sesuai dengan kenyataan dan kemajuan pembangunan diselenggarakan
kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai bagian yang integral dari kurikulum
Perguruan Tinggi.
d. Peningkatan
pengelolaan sistim pendidikan
Usaha dalam lapangan
ini diperlukan agar dana dan tenaga yang tersedia dapat digunakan secara tepat
dan berhasil guna dalam usaha perluasan kesempatan belajar, peningkatan mutu
dan peningkatan relevansi pendidikan. Kebijaksanaan dan tata cara kerja yang
dikembangkan antara lain meliputi pe-ngembangan kemampuan tenaga pimpinan dalam
jumlah yang memadai dan mutu yang baik, kelancaran komunikasi dalam struktur
pengorganisasian yang tepat dan terarah, sinkronisasi berbagai kegiatan
pendidikan dan latihan sesuai dengan pembagian tugas dan tanggung-jawab
fungsionil pembinaan pendidikan dan latihan, serta pengawasan pelaksanaan, baik
dalam arti keuangan dan penggunaan biaya maupun teknis operasionil dari
pelaksanaan proyek dan program.
e. Pendidikan
di luar sekolah
Pendidikan di luar sekolah ditingkatkan antara
lain melalui usaha pemulihan kemampuan aksarawan yang ada dan menghasilkan
aksarawan-aksarawan baru dengan disertai penyediaan bahan bacaan pengetahuan
praktis. Kegiatan ini diserasikan pula dengan usaha-usaha penerangan dan
penyuluhan dalam berbagai bidang pembangunan masyarakat. Di samping itu
dilakukan pula usaha-usaha pembinaan keluarga sejahtera. Selanjutnya
diselenggarakan berbagai kegiatan latihan dan kursus pendidikan masyarakat yang
bertujuan memberikan berbagai ketrampilan dasar terutama bagi para remaja yang
tidak sepenuhnya berkesempatan mengikuti atau melanjutkan pendidikan sekolah.
f. Pembinaan
generasi muda
Pembinaan generasi muda pada umumnya bertalian
erat baik dengan usaha-usaha pendidikan sekolah (pendidikan for-mil) maupun
dengan kegiatan pendidikan luar sekolah (non- formil). Pengembangan kehidupan
berorganisasi di kalangan generasi muda dilakukan dalam lingkungan sekolah dan
kampus begitu pula di kalangan masyarakat luas (dalam kepramukaan ataupun
organisasi kepemudaan lainnya).
Kebijaksanaan pengembangan generasi muda dilakukan secara terkoordinasi, terarah, integral dan komprehensif. Hal ini berarti bahwa antara satu organisasi/lembaga dengan organisasi/lembaga lainnya dibina hubungan saling mengisi dan saling membantu dalam rangka meningkatkan integrasi pemuda dalam pelaksanaan program-program pembangunan serta partisipasinya dalam proses pembangunan pada umumnya.
Kebijaksanaan pengembangan generasi muda dilakukan secara terkoordinasi, terarah, integral dan komprehensif. Hal ini berarti bahwa antara satu organisasi/lembaga dengan organisasi/lembaga lainnya dibina hubungan saling mengisi dan saling membantu dalam rangka meningkatkan integrasi pemuda dalam pelaksanaan program-program pembangunan serta partisipasinya dalam proses pembangunan pada umumnya.
g. Pembinaan
olahraga
Usaha di bidang pembinaan olah raga bertujuan meningkatkan kondisi fisik di
samping meningkatkan mutu prestasi keolah-ragaan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diusahakan peningkatan program-program kesegaran jasmani dan latihan/
perlombaan olah-raga yang diikuti oleh sebanyak mungkin peserta di samping
peningkatan prestasi berbagai cabang olah raga secara kontinu dan
berjenjang.
Dalam rangka
kebijaksanaan tersebut disediakan alat-alat olah raga di sekolah-sekolah, serta
penyelenggaraan pertandingan-pertandingan olah raga di kalangan siswa, generasi
muda dan masyarakat luas. Suatu bentuk senam pagi khas Indonesia dikembangkan
pula untuk disebarluaskan kepada seluruh masyarakat.
h. Partisipasi
masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bidang pendidikan dan pembinaan
generasi muda antara lain diwujudkan melalui pelaksanaan Sumbangan Pembinaan
Pendidikan (SPP’) yang telah ditinjau kembali sehingga lebih sesuai dengan
kenyataan kemampuan orang tua serta lebih wajar, adil dan efektif. Di samping
itu diusahakan menggairahkan pengikutsertaan masyarakat luas termasuk dunia
usaha melalui Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Usaha-usaha
penyempurnaan SPP dan BP3 tersebut akan terus dilanjutkan sehingga kerjasama
antara keluarga, masyarakat dan Pemerintah.
2 Pengertian Pokok Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda
Generasi merupakan generasi penerus perjuangan bangsa dan sumber daya insani
bagi pembangunan nasional, diharapkan mampu memikul tugas dan tanggung jawab
untuk kelestarian kahidupan bangsa dan negara. Untuk itu generasi muda perlu
mendapatkan perhatian khusus dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat
tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya, terdapat generasi muda yang menyandang
permasalahan sosial seperti kenakalan remaja, penyalahgunaan obat dan narkota,
anak jalanan dan sebagainya baik yang disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya
(internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Oleh karena itu perlu adanya
upaya, program dan kegiatan yang secara terus menerus melibatkan peran serta
semua pihak baik keluarga, lembaga pendidikan, organisasi pemuda, masyarakat
dan terutama generasi muda itu sendiri. Arah kebijakan pembinaan generasi muda
dalam pembangunan nasional menggariskan bahwa pembinaan perlu dilakukan dengan mengembangkan
suasana kepemudaan yang sehat dan tanggap terhadap pembangunan masa depan,
sehingga akan meningkatkan pemuda yang berdaya guna dan berhasil guna. Dalam
hubungan itu perlu dimantapkan fungsi dan peranan wadah-wadah kepemudaan
seperti KNPI, Pramuka, Karang Taruna, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS),
Organisasi Mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi dan organisasi fungsional
pemuda lainnya. Dalam kebijakan tersebut terlihat bahwa KARANG TARUNA secara
ekslpisit merupakan wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yang
bertujuan untuk mewujudkan generasi muda aktif dalam pembangunan nasional pada
umumnya dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial pada khususnya. Salah satu
kegiatan Karang Taruna Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja sedang membuat
kerajinan bambu yang diolah menjadi aneka macam alat musik seperti suling,
angklung dan sebagainya.
Masalah-masalah Generasi Muda
Generasi muda dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya menghadapi berbagai permasalahan yang perlu diupayakan
penanggulangannya dengan melibatkan semua pihak. Permasalahan umum yang
dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa ini antara lain sebagai berikut
:
Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia.
Dengan adanya pengangguran dapat merupakan beban bagi keluarga maupun negara
sehingga dapat menimbulkan permasalahan lainnya.
Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif
lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
Masih adanya anak-anak yang hidup
menggelandang.
Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang
menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture)
yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental
generasi muda.
Perkimpoian dibawah umur yang masih banyak
dilakukan oleh golongan masyarakat, terutama di pedesaan.
Masih merajalelanya kenakalan remaja dan
permasalahan lainnya.
Potensi-potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang ada pada generasi muda
perlu dikembangkan adalah :
Idealisme dan daya kritis
Dinamika dan kreatifitas
Keberanian mengambil resiko
Optimis kegairahan semangat
Sikap kemandirian dan disiplin murni
Terdidik
Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
Patriotisme dan nasionalisme
Sikap kesatria
Tujuan Pokok Sosialisasi
Sosialisasi mempunyai tujuan sebagai berikut :
memberikan keterampilan kepada seseorang untuk
dapat hidup bermasyarakat
mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara
efektif
membantu mengendalikan fungsi-fungsi organic
yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.
3. Perguruan dan Pendidikan
Pengembangan Potensi Generasi Muda
Pembinaan dan pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi,
lebih banyak diarahkan dalam program-program studi dalam berbagai ragam
pendidikan formal. Mereka dibina digembleng di laboratorium-laboratorium dan
pada kesempatan-kesempatan praktek lapangan.
Kaum muda
memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi
kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
Pendidikan dan Perguruan Tinggi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Perguruan Tinggi adalah suatu tempat yang didambakan, diimpikan,
diharapkan, difavoritkan, dan dicintai oleh masyarakat pada umumnya dan
masyarakat kampus pada khususnya. Agar bisa menjadi Perguruan Tinggi
Idaman, maka ada 5 faktoryang harus dipenuhi, yaitu :
– Mutu / Kualitas
– Biaya murah / terjangkau
– Keamanan / Kenyamanan
– Mengikuti Perkembangan Zaman Bermanfaat Bagi
Mayarakat
Alasan untuk Mengenyam Pendidikan di Perguruan
Tinggi
1.Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh
pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang
masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam
pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam
masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh generasi muda pemuda pada
umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah, namun mahasiswa termasuk
yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
2. Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama di
bangku sekolah, maka mahasiswa mendapatkan proses sosiaslisasi terpanjang
secara berencana dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya. Melalui
berbagai mata pelajaran seperti PMP, Sejarah, dan Antropologi maka berbagai
masalah kenegaraan dan kemasyarakatan dapat diketahui.
3. Mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis
dan suku bangsa dapat menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan
budaya. Hal ini akan memperkaya khasanah kebudayaannya , sehingga mampu melihat
Indonesia secara keseluruhan.
4. Mahasiswa sebagai kelompok yang
akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan
prestise di dalam masyarakat, dengan sendirinya merupakan elite di kalangan
generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, dan
pendidikan lebih baik dari keseluruhan generasi muda lainnya. Dan adalah jelas
bahwa mahasiswa pada umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh ke
depan serta keterampilan berorganisasi yang lebih baik dibandingkan generasi
muda lainnya.
Download ppt :
sumber :
http://pemuda-dan-sosialisasi.blogspot.com/
http://yogipratama97.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar